Oksigen merupakan kebutuhan utama
manusia yang paling esensial. Saat ini, masyarakat di kota-kota besar sudah
sulit mendapat udara yang bersih dan segar karena tingginya tingkat pencemaran
udara akibat asap kendaraan bermotor dan kegiatan pabrik. Kondisi pencemaran
udara seperti ini mengakibatkan logam-logam berat berbahaya, virus, bakteri dan
mikroorganisme lainnya bercampur baur dan masuk ke dalam tubuh melalui tarikan
napas kita.
Mengetahui jenis-jenis penyakit yang
disebabkan oleh mikroorganisme yang berterbangan bebas di udara dan cara
penanggulangannya adalah penting agar kita dapat melakukan pencegahan terhadap
penyakit tersebut.
Pneumonia
Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai dengan gejala yang mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara lain batuk, panas, napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas.
Pneumonia atau yang dikenal dengan nama penyakit radang paru-paru ditandai dengan gejala yang mirip dengan penderita selesma atau radang tenggorokan biasa, antara lain batuk, panas, napas cepat, napas berbunyi hingga sesak napas, dan badan terasa lemas.
Penyakit ini umumnya terjadi akibat
bakteri Streptococus pneumoniae dan Hemopilus influenzae yang berterbangan
di udara terhirup masuk ke dalam tubuh. Bakteri tersebut sering ditemukan pada
saluran pernapasan, baik pada anak-anak maupun orang dewasa. Selain dapat
menimbulkan infeksi pada paru-paru, bakteri berbahaya itu juga dapat
mengakibatkan radang selaput pada otak (meningitis) serta infeksi pembuluh
darah yang amat fatal.
Kasus pneumonia banyak terjadi di
daerah yang sistem sanitasinya buruk. Untuk itu, menjaga kebersihan di
lingkungan sekitar menjadi syarat utama agar terhindar dari penyakit ini,
selain membiasakan diri untuk hidup bersih dan sehat. Biasakan mencuci tangan
menggunakan sabun dan segera periksakan diri ke dokter jika mendapati gejala
tersebut di atas. Bila ditemukan banyak kasus pneumonia di suatu wilayah, sebaiknya
segera lakukan upaya preventif berupa kunjungan pemeriksaan dan penyuluhan dari
rumah ke rumah oleh petugas Puskesmas dan jika perlu melakukan pengobatan.
Tutup mulut dan hidung dengan menggunakan masker untuk mencegah masuknya kuman
ketika berada di wilayah endemik pneumonia.
SARS
Sindrom pernapasan akut parah atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala awal gangguan pernapasan berupa napas pendek dan terkadang disertai batuk. Penyebab SARS adalah Coronavirus, yaitu virus yang bersifat menular dan umumnya menyerang saluran pernapasan atas, virus ini juga dapat menyebabkan flu.
Sindrom pernapasan akut parah atau Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) merupakan penyakit yang ditandai dengan gejala awal gangguan pernapasan berupa napas pendek dan terkadang disertai batuk. Penyebab SARS adalah Coronavirus, yaitu virus yang bersifat menular dan umumnya menyerang saluran pernapasan atas, virus ini juga dapat menyebabkan flu.
Penyebaran terbanyak penyakit ini
adalah di Asia, terutama Cina dan Hong Kong. Sementara itu, di Indonesia
sendiri, menurut data terakhir Badan Kesehatan Dunia (WHO) baru ditemukan 7
kasus suspect, 2 kasus probable, dan belum ada satu pun kasus kematian akibat
penyakit ini (WHO, 21 Juli 2006).
SARS adalah stadium lanjut dari
pneumonia sehingga gejala awal yang dialami penderita juga mirip dengan flu
biasa. Namun, demam yang menyerang penderita SARS dapat mencapai 38 derajat
Celcius yang terkadang disertai dengan menggigil, sakit kepala, perasaan lesu,
serta nyeri tubuh. Pada stadium awal penyakit biasanya penderita akan mengalami
gangguan pernapasan ringan selama tiga sampai tujuh hari. Jika tidak segera
diatasi, besar kemungkinan penderita mengalami batuk kering yang dapat
menimbulkan kekurangan oksigen dalam darah. Pada beberapa kasus, penderita akan
memerlukan napas bantuan mengunakan ventilator (alat bantu pernapasan). Belum
ditemukan vaksin untuk mencegah penyakit ini, sehingga yang dibutuhkan adalah
sikap waspada agar tidak terjangkit. Beberapa cara yang dapat dilakukan antara
lain:
Mencuci tangan sesering mungkin. Bila
bersentuhan dengan sesuatu yang banyak mengandung kuman atau kotoran, gunakan
alkohol untuk membunuh bakteri yang menempel di kulit. Hindari menyentuh mulut,
mata, hidung dengan tangan yang kotor. Gunakan masker apabila menderita
batuk/pilek agar kuman dan bakteri tidak menyebar ke orang lain.
Sebagian besar infeksi terjadi di rumah sakit, karena itu kurangi frekuensi mengunjungi ruangan dengan tingkat infeksi tinggi.
Sebagian besar infeksi terjadi di rumah sakit, karena itu kurangi frekuensi mengunjungi ruangan dengan tingkat infeksi tinggi.
Flu Burung
Avian Influenza atau flu burung
adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza H5N1. Virus
yang membawa penyakit ini terdapat pada unggas dan dapat menyerang manusia. Flu
burung terkadang sulit terdeteksi pada stadium awal, karena gejala klinis
penyakit ini sangat mirip dengan gejala flu biasa,antara lain demam, sakit
tenggorokan, batuk, pilek, nyeri otot, sakit kepala, dan lemas. Namun, dalam
waktu singkat penyakit ini dapat menyerang paru-paru dan menyebabkan peradangan
(pneumonia). Jika tidak dilakukan penanganan segera, pada banyak kasus
penderita akan meninggal dunia.
Virus influenza H5N1 merupakan
penyebab wabah flu burung pada unggas dan memiliki sifat dapat bertahan hidup
di air hingga empat hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada 0°C.
Penularan virus flu burung berlangsung melalui saluran pernapasan. Unggas yang
terinfeksi virus ini akan mengeluarkan virus dalam jumlah besar di kotorannya.
Manusia dapat terjangkit virus ini bila kotoran unggas bervirus ini menjadi
kering, terbang bersama debu, lalu terhirup oleh saluran napas manusia.
Walaupun secara umum virus H5N1 tidak menyerang manusia, dalam beberapa kasus
tertentu virus mengalami mutasi lebih ganas sehingga dapat menyerang manusia.
Upaya pencegahan penularan virus flu burung adalah senantiasa menjaga sanitasi
lingkungan. Pola hidup yang tidak menjaga kesehatan dan kebersihan lingkungan
akan mempercepat penyebaran virus ini. Selain itu, rajinlah mencuci tangan,
Waspadai semua kotoran unggas peliharaan, kandang, sangkar maupun kotoran
burung liar.
TBC
Jika menemukan gejala seperti batuk yang tak kunjung sembuh, banyak berkeringat pada malam hari, demam, serta berat badan yang menurun drastis, waspadalah, karena ini adalah gejala awal penyakit TBC.
Jika menemukan gejala seperti batuk yang tak kunjung sembuh, banyak berkeringat pada malam hari, demam, serta berat badan yang menurun drastis, waspadalah, karena ini adalah gejala awal penyakit TBC.
Tubercolosis atau TBC adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh manusia
melalui udara pernapasan ke dalam paru-paru. Dari paru-paru bakteri tersebut
menyebar ke bagian tubuh lainnya melalui sistem peredaran darah, sistem saluran
limfe, saluran napas (bronchus) atau menyebar langsung ke bagian-bagian tubuh
lainnya. Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, tapi juga anak-anak.
Penyakit ini banyak ditemukan di
negara miskin dan berkembang di dunia. Asia Tenggara termasuk salah satu daerah
penyebaran TBC yang paling tinggi, sementara di Indonesia, penyakit ini
merupakan penyebab kematian nomor satu untuk golongan penyakit infeksi. Bakteri
Mycobacterium tuberculosis menular ke
manusia melalui udara. Karena itu, cegahlah dengan senantiasa mengonsumsi
makanan yang sarat gizi, pengadaan ventilasi yang memadai di dalam rumah
sehingga memungkinkan terjadinya sirkulasi udara bersih dan membiasakan diri
hidup bersih dan sehat.
Penyakit yang Ditularkan Lewat Air
Tifus
Penyakit tifus merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini diakibatkan oleh kurang memelihara kebersihan lingkungan dan mengonsumsi makanan yang tidak higienis.
Penyakit tifus merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Penyakit ini diakibatkan oleh kurang memelihara kebersihan lingkungan dan mengonsumsi makanan yang tidak higienis.
Penyakit tifus menular melalui air
dan makanan yang tercemar oleh air seni dan tinja penderita penyakit ini. Penyakit
tifus dapat juga ditularkan oleh kotoran yang dibawa oleh lalat dan kecoa dan
menempel di tempat-tempat yang dihinggapinya. Penularan kuman terjadi melalui
mulut, masuk ke dalam lambung, menuju kelenjar limfoid usus kecil, kemudian
masuk ke dalam peredaran darah. Pada umumnya, mereka yang terinfeksi penyakit
ini akan mengalami keluhan dan gejala seperti demam tinggi, sakit kepala, mual,
muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau sembelit (sulit buang air
besar). Suhu tubuh meningkat terutama pada sore dan malam hari.
Pencegahan penyakit tifus dapat
dilakukan dengan membiasakan melindungi makanan dari hewan pembawa penyakit,
seperti lalat, kecoa dan tikus; mencuci tangan dengan sabun setelah buang air
dan sebelum makan; serta menghindari membeli jajanan di tempat-tempat yang
kurang bersih.
Kolera
Kolera adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae yang menyerang usus kecil. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi akibat sanitasi yang buruk. Di dalam tubuh manusia, bakteri Vibrio cholerae akan menghasilkan racun yang menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan garam dan mineral dari dalam tubuh. Bakteri ini amat sensitif terhadap asam lambung, sehingga penderita yang kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini.
Kolera adalah penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Vibrio cholerae yang menyerang usus kecil. Bakteri ini biasanya masuk ke dalam tubuh melalui air minum yang terkontaminasi akibat sanitasi yang buruk. Di dalam tubuh manusia, bakteri Vibrio cholerae akan menghasilkan racun yang menyebabkan usus halus melepaskan sejumlah besar cairan garam dan mineral dari dalam tubuh. Bakteri ini amat sensitif terhadap asam lambung, sehingga penderita yang kekurangan asam lambung cenderung menderita penyakit ini.
Penderita kolera akan mengalami
gejala mulai dari diare hebat, keram perut, mual, muntah, hingga dehidrasi.
Kolera dapat menyebar luas dengan sangat cepat, terutama di lingkungan yang
tidak bersih. Penyakit ini memiliki tingkat kematian tinggi. Pada kasus wabah
kolera di Provinsi Papua bulan Juni 2006 lalu, tercatat 5.108 kasus kolera
dengan 170 kematian. Oleh karena itu, penderita yang mengalami gelaja-gejala
seperti yang telah disebutkan di atas sebaiknya segera diberikan pertolongan
dengan mengantarkannya ke rumah sakit atau puskesmas agar untuk diberi cairan
infus.Obat infus harus diberikan selekas mungkin. Semakin cepat cairan infus
diberikan, semakin baik. Sebagai pertolongan pertama, penderita kolera harus
diberi air minum dalam jumlah cukup banyak, karena kematian pada kolera lebih
disebabkan kekurangan cairan, bukan keganasan bakteri kolera.
Jagalah kebersihan rumah yang ada
penderita kolera. Dalam kondisi itu, usahakan untuk selalu menggunakan sendok
saat menyantap makanan dan lebih sering mencuci tangan dengan sabun. Muntahan
dan tinja penderita kolera merupakan sumber bakteri kolera. Oleh karena itu,
kamar mandi dan kamar kecil sebaiknya dibersihkan dengan menggunakan larutan
antiseptik pembasmi bakteri.
Disentri
Penyakit disentri merupakan
peradangan pada usus besar. Gejala penyakit ini ditandai dengan sakit perut dan
buang air besar encer secara terus-menerus (diare) yang bercampur lendir,
nanah, dan darah. Berdasarkan penyebabnya disentri dapat dibedakan menjadi dua,
yaitu disentri amuba dan disentri basiler. Disentri amuba disebabkan oleh
infeksi parasit Entamoeba histolytica
dan disentri basiler disebabkan oleh infeksi bakteri Shigella.
Bakteri tersebut dapat tersebar dan
menular melalui makanan dan air yang sudah terkontaminasi kotoran dan bakteri
yang dibawa oleh lalat. Lalat merupakan serangga yang hidup di tempat yang
kotor dan bau, sehingga bakteri dengan mudah menempel di tubuhnya dan menyebar
di setiap tempat yang dihinggapi. Bakteri masuk ke dalam organ pencernaan
mengakibatkan pembengkakan hingga menimbulkan luka dan peradangan pada dinding
usus besar. Inilah yang menyebabkan kotoran penderita sering kali tercampur
nanah dan darah. Gejala yang akan dialami penderita disentri biasanya berupa
mencret dan perut mulas, bahkan sering kali penderita merasakan perih di anus
akibat terlalu sering buang air.
Serupa dengan penanganan penyakit
gangguan pencernaan lainnya, penderita disentri harus segera mendapat asupan
cairan untuk mencegah terjadinya dehidrasi. Dalam keadaan darurat, dehidrasi
ringan dapat diatasi dengan pemberian oralit. Jika cairan yang hilang tidak
segera tergantikan, dapat menyebabkan kematian pada penderita. Langkah
pencegahan yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi penyakit disentri adalah
dengan memperhatikan pola hidup sehat dan bersih; menjaga kebersihan makanan
dan minuman dari kontaminasi kotoran dan serangga pembawa bakteri; dan
membiasakan untuk selalu mencuci tangan sebelum makan.
Sumber: dikutip dari berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda agar blog ini dapat lebih baik kedepannya...terimakasih banyak...